Reject
analysis
Teknik Radiofotografi
Analisis Penolakan Film (Reject
Analysis)
A. Definisi reject analysis (analisa
penolakan film).
Dalam proses peningkatan mutu
radiografi dibutuhkan peranan radiografer dalam meningkatkan efesiensi
diagnostik imaging. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu radiografi dan untuk
meningkatkannya perlu dicari faktor-faktor penghambatnya secara pasti. Salah
satu metode yang akan diuraikan adalah Reject Analysis (Analisa Penolakan
Film). Reject analysis yakni analisis dari foto rontgent yang ditolak dan
diulang karena tidak memenuhi syarat untuk keperluan diagnosa.
Reject analysis merupakan metode
yang digunakan oleh Departemen Radiologi untuk menentukan analisis film yang
ditolak, efektivitas biaya, konsistensi staff dan equipment dalam menghasilkan
radiograf yang berkualitas.
Tujuan Reject analysis film
dilakukan dengan tujuan untuk memastikan standar yang tinggi pada teknik
radiografi dan pemanfaatan film darat terjamin pada unit radiologi, memastikan
peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten dengan standar yang
tinggi, memastikan bahwa bahan - bahan yang ada digunakan secara efektif (cost
effective way), menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang
direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan perhatian, dan sebagai
perencanaan awal dari reject analysis program.
Sasaran reject analisis mencakup 2 hal pokok :
·
Standardisasi kualitas.
·
Mencari penyebab penolakan dan
pengulangan foto.
Dalam proses reject analysis film
sangat dibutuhkan kesadaran radiografer dalam mencegah terjadinya reject dan
repeat film, dan dalam menekan radiasi terhadap pasien .
B. Faktor – faktor penyebab reject
analysis
Sebelum melakukan reject analysis (
analisa penolakan film ) maka kita harus mengetahui telebih dahulu penyebab
reject analysis . Adapun faktor – faktor penyebab reject analysis, sebagai
berikut :
· Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error )
Kesalahan atau
kekurang telitian personal atau radiografer dalam mengatur faktor eksposi
sehingga gambaran yang dihasilkan tidak memberikan informasi yang jelas untuk
menegakkan diagnosa. Gambar yang dihasilkan dapat menjadi under exposure atau
over exposure. Under exposure terjadi karena faktor eksposi yang diberikan kurang
sehingga gambaran menjadi putih akibat kurangnya kontras dan densitas.
Sedangkan over exposure terjadi karena faktor eksposi yang diberikan terlalu
banyak sehingga gambaran yang dihasilkan menjadi terlalu gelap akibat kelebihan
kontras dan densitas.
· Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil karena ada hambatan pada tegangan. Processing otomatis yang macet atau roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan IS yang kotor, marker yang menutupi organ.
· Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)
Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga terjadi karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena tidak mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.
Data-data
tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu tertentu misalnya 2 – 6 bulan.
Selama itu dapat dianalisis foto yang ditolak dan diulang untuk masing-masing
jenis pemeriksaan, untuk masing-masing ruangan dan bahkan untuk satu unit
radiologi.
Selain faktor –
faktor diatas, penolakan film juga dapat terjadi karena adanya kesalahan –
kesalahan pada pengolahan film. Saat pengolahan film dilakukan, adakalanya
hasil pengolahan pada film menghasilkan film yang memiliki tambahan densitas
(derajat kehitaman). Penambahan densitas yang terjadi tadi tidak merata tetapi
hanya pada beberapa bagian tertent saja. Penambahan densitas pada film yang
seperti ini dinamakan fog. Jenis – jenis kesalahan tersebut , antara lain :
a. Age fog
Age fog
dihasilkan dari film yang mempunyai usia yang mlebihi waktu kadaluarsa (expired
date). Setiap film yang diproduksi oleh pabrik akan memiliki expired date
tertentu, biasanya satu than dari wakt produksi. Film yang digunakan setelah
melewati expired date akan menyebabkan film bertambah densitasnya. Hal ini
dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin masuk ke dalam tempat penyimpanan
film dan suh tempat penyimpanan film. Penambahan densitas ini membuat gambaran
pada film tampak seperti kabut hitam saat film dip roses meskipun tanpa di
eksposi oleh sinar-x terlebih dahulu.
Untuk mencegah
terjadinya age fog sebaiknya digunakan system FIFO (First In First Out) pada
penyimpanan film. System FIFO maksudnya film yang lebih dahulu datang
diletakkan dibagian paling depan sementara film yang kemudian datang diletakkan
dibelakang film yang terlebih dahulu datang.
b. Light fog
Light fog
adalah fog yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari
safelight. Safelight memiliki sifat yang aman terhadap emulsi film tetapi
bagaimanapun juga cahaya safelight akan mengakibatkan fog jika waktu kontak
antara cahaya safelight dengan film tergolong lama. Secara spesifik penyebb
light fog adalah sebagai berikut :
* Kesalahan warna safelight.
* Filter bocor / cahaya safelight terlalu kuat
* Film terlalu lama terkena cahaya safelight.
c.
Radiation fog
Radiation fog
adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi. Radiasi ini
bisa berasal dari sinar-x, bahan – bahan radioaktif dan juga radiasi alam.
Radiasi yang berinteraksi dengan film akan menyebabkan densitas film bertambah.
Radiasi bisa berinteraksi dengan film dikarenakan kurangnya proteksi radiasi
pada tempat penyimpanan film. Tempat penyimpanan film biasanya dekat sekali
dengan kamar pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut terdapat pesawat
sinar-x.
Untuk mencrgah
supaya hal ini tidak terjadi, maka box film dalam keadaan rapat sehingga tidak
ada cahaya yang masuk sedikitpun ke dalam box film. Kemudian pastikan pintu dan
dinding kamar gelap tempat biasa disimpan film, telah dilapisi dengan Pb 2mm
sebagai proteksi radiasi.
d. Oxygen fog
Oxygen fog
adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas.
Saat dilakukan inspeksi, film akan dinagkat kelar dari tangki developer. Saat
keluar dari developer, permukaan film masih basah oleh cairan developer.
Akibatnya developer yang berada di permukaan film akan berinteraksi dengan
udara bebas terutama oksigen. Oksigen akan mengoksidasi developer yang menempel
pada permukaan film. Akibat oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah
densitasnya dan film mengalami fog. Untuk mencegah supaya hal ini tidak
terjadi, maka saat melakukan kegiatan inspeksi sebaiknya tidak terlalu lama,
meskipun tidak menggunakan safelight saat melakukan inspeksi,
e. Chemical fog
Chemical fog
adalah fog yang dihasilkan karena factor kimia yang berada di dalam cairan
developer saat dilakukan pengolahan film. Secara spesifik chemical fog
diakibatkan oleh
* Film terlalu lama di dalam cairan pembangkit.
* Ph cairan pembangkit tinggi.
* Kesalahan komposisi cairan pembangkit
.
* Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain.
* Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain.
f. Back scatter fog
Back scatter fog adalah fog yang dihasilkan oleh radiasi hambr. Radiasi hambur yang masih cukup besar masih bisa menyebabkan kehitaman pada film. Pada beberapa pemeriksaan, kaset dibagi menjadi dua. Untuk membagi kedua kaset ini biasanya hanya digunakan lampu kolimator untuk membatasi lapangan penyinaran. Jika pesawat sinar-x yang digunakan masih sangat bagus keluar berkasnya, maka pembagian ini akan tergambar senpurna artinya tidak ada bagian lain yang bertambah kehitamannya akibat radiasi hambur. Namun jika pesawat sinar-x yang diguanakan sudah tidak bagus lagi keluaran berkasnya, maka pasti akan muncul penambahan kehitaman pada gambaran disebelahnya akibat radiasi hambur.
Untuk
menghindari hal tersebut terjadi, jika harus menggunakan kV yang tinggi pada
pemeriksaan maka gunakanlah grid diatas kaset yang fungsinya menyerap radiasi
hambur. Kemudian jika kV yang digunakan kecil, namun pesawat sinar-x keluaran
berkasnya sudah tidak bagus lagi maka gunakan pentup yang terbuat dari Pb 2 mm
untuk membatasi lapangan penyinaran pada daerah sebelahnya.
g. Dechroic fog
Dechroic fog
adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari developer dengan fixer pada
film. Hal ini terjadi karena proses rinsing tidak dilakukan dengan waktu yang
cukup. Sebagaimana telah diketahui bahwa cairan developer bersifat basa dan
fixer bersifat asam. Untuk menghindari interaksi langsung antara asam dan basa
ini, film di bilas dengan air di tangki rinsing. Pembilasan ini bertujuan untuk
menghilangkan developer dari permukaan film ketika hendak dimaasukkan ke dalam
fixer yang bersifat asam. Interaksi langsung antara developer dan fixer akan
mengakibatkan film mengalami fog.
Untuk mencregah
supaya hal ini tidak terjadi maka lakukan rinsing dengan waktu yang cukp sehingga
benar – benar yakin bahwa cairan developer sudah tidak ada di permukaan film
atau setidaknya berkurang banyak. Kemudian ntuk menjaga agar prose rinsing
berjalan dengan baik, pastikan air yang berada di dalam tangki tetap bersih.
h.
Artefact
Artefact adalah
kesalah pengolahan film yang membentk bayangan putih pada film setelah
diproses. Artifact biasanya terjadi karena permukaan IS yang tidak bersih.
Permukaan IS mungkin tanpa sengaja terdapat tetesan air, serpihan pasir atau
serpihan kertas. Akibat hal-hal tersebut maka pendaran yang dihasilkan oleh IS
akan tertahan sehingga sedikit pendaran cahaya yang ampai ke film. Untuk
mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka pastikan IS selalu dirawat dengan
frekuensi yang sudah ditentukan. Namun untuk lebih meyakinkan dalam penggunaan
IS, sebaiknya lihat terlebih dahulu permukaan IS untuk memastikan bahwa tidak
ada tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas yang menempel pada
permukaan IS.
i. Streaking
Streaking
adalah jalur atau coretan yang terdapat pada film. Gambaran streaking bisa
berbentuk jalur berwarna hitam atau bisa berbentuk jalur seperti berminyak pada
permkaan film yang bisa dilihat saat film dimiringkan. Penyebab streaking
adalah sebagai berikut :
* Selama pembangkitan film non agitasi.
* Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan developer menetes ke bawah.
* Adanya residu fixer yang mongering.
j. Yellow patch
Yellow patch
adalah bercak – bercak kuning yang terdapat pada film setelah film dikeringkan
dan disimpan beberapa saat. Penyebab yellow patch adalah penggunaan cairan
prosesing yang sudah kadaluarsa. Secara spesifik yellow patch disebabkan oleh :
* Waktu pembangkitan terlalu lama di developer yang sudah lama.
* Pembilasan yang tidak cukup pada film.
* Memakai fixer yang sudah lama.
* Memakai developer yang telah teroksidasi terlalu lama
k. Reticulation
Reticulation
adalah bergelombangnya film pada sisi emulsi. Reticulation terjadi karena suhu
yang tinggi baik pada developer, fixer maupun pengeringan. Untuk mencegah
supaya hal ini tidak terjadi, maka suhu developer dan fixer dijaga pada suhu
standar yaitu 18°C - 20°C dan suhu pengeringan tidak boleh melebihi 50°C.
.
l. Frilling
l. Frilling
Frilling adalah
proses lepasnya emulsi dari base film. Frilling terjadi jika proses
reticulation berlanjut, ini berarti frilling terjadi ketika suhu yang digunakan
baik pada developer, fixer dan pengeringan melebihi dari suhu yang menyebabkan
film mengalami reticulation. Jika frilling terjadi maka film akan tampak bening
karena emulsi sudah lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan
reticulation yaitu jaga suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu
standar.
m. Light patch
m. Light patch
Light patch
adalah jalur terang yang berada pada film. Penyebab terjadinya light patch
adalah :
* Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan terang seperti tulang.
* Adanya artefact pada IS (Intensifying Screen).
* Terjadinya percikan fixer sebelm dilakukan pembangkitan.
n. Film terbakar
Film terbakar
adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya tampak. Sebagaimana
diketahui bahwa film sangat sensitive terhadap cahaya tampak, sedikit saja
cahaya tampak mengenai film maka film akan terbakar. Film terbakar biasanya
diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor, dimana di dalam kamar gelap masih
masuk cahaya dari luar. Selain itu, film terbakar juga bisa diakibatkan
kelalaian petugas kamar gelap yang lupa menutup box film saat membuka pintu
kamar gelap.
Untuk mencegah
agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada cahaya yang masuk ke dalam
kamar gelap dan pastikan juga box film dalam keadaan tertutup sebelum keluar
dari kamar gelap.
Dengan
banyaknya factor – factor penyebab reject analysis film maka kita harus lebih
berhati – hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi penolakan bahkan
penglangan foto yang dapat merugikan berbagai pihak.
C. Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film
Dalam
pelaksanaan reject analysis film harus berdasarkan prosedur yang berlaku, yaitu
lakukan survey terhadap ;
1. Jumlah film yang belum terekspose di ruang prosesingtermasuk yang ada dalam kaset.
2. Jumlah film yang belum terekspose di masing – masing kamar pemeriksaan.
3. Tentukan jumlah dari film yang di reject untk masing – masing kategori , antara lain :
a. Over eksposure
b. Under eksposure
c. Positioning
d. Motion
e. Processing
f. Equipment
4. Masing – masing ruang mencatat jumlah film yang dignakan dan jumlah film yang ditolak.
5. Tim analisi melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi (jika memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap pemeriksaan)
Adapun batasan radiograf yang diterima apabila :
• Angka reject tidak melebihi 5 %
• Idealnya dibawah 2 % , tergantung tidak hanya program teknologis radiografer yang baik tetapi juga laporan yang ideal diantara radiografer dan radiologist .
• Jika total reject rate > 5% maka diharapkan harus melakukan teknologis radiografer program yg terbaik.
• Jika reject rate 2 % – 5 % maka mungkin berada pada 2 keadaan , yaitu:
1. Kualitas radiograf baik, jika tidak memiliki 1 program teknologis radiografer saat ini maka sebaiknya menginisiatifkan 1 program untuk perbaikan.
.
2. Jika radiologist terbiasa menerima radiograf yang buruk kualitasnya dalam keadaan ini hars bekerja sama yang baik dengan radiologist untuk set up program teknologis radiografer dan menunjukkan dengan paket teknologis radiografer ada perbaikan .
2. Jika radiologist terbiasa menerima radiograf yang buruk kualitasnya dalam keadaan ini hars bekerja sama yang baik dengan radiologist untuk set up program teknologis radiografer dan menunjukkan dengan paket teknologis radiografer ada perbaikan .
D. Tahap – tahap
reject analysis film
Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus diberikan kepada instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:
a) Siapa yang menjalankan program.
b) Radiografer yang diikutsertakan .
c) Kategori apa saja yang dilakukan .
d) Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa .
e) Periode waktu yang digunakan .
f) Penafsiran hasil .
g) Analisa hasil .
h) Perbandingan hasil .
Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus diberikan kepada instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:
a) Siapa yang menjalankan program.
b) Radiografer yang diikutsertakan .
c) Kategori apa saja yang dilakukan .
d) Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa .
e) Periode waktu yang digunakan .
f) Penafsiran hasil .
g) Analisa hasil .
h) Perbandingan hasil .
E.
Interpretasi hasil reject analysis film
Dari hasil reject analysis film dapat diperoleh hasilnya sebagai berikut :
* Penyebab tertinggi dari foto yang ditolak dan diulang, seandainya hasil adalah satu faktor ekstrim, misalnya prosessing fault, maka yang perlu diteliti lebih rinci yakni tentang prosessing sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.
* Kalau ternyata hasil berjenjang, pengkajian difokuskan pada hasil yang dianggap tinggi sampai tertinggi.
* Kalau hasilnya masing-masing faktor merata maka perlu dikaji keseluruhan atau memperpanjang waktu penelitian.
Berikut contoh gambar yang di reject atau di tolak
Jenis kesalahan
|
Hasil Radiografi
|
Penyebab
|
Koreksi
|
|||
Terlalu gelap
|
|
- Kesalahan setting mesin
- FFD terlalu pendek
- kesalahan screen/film
- terlalu mengaambang
|
-Turunkan
kVp, mA, atau waktu
- naikkan FFD
- Periksa screen/film
-
perisa suhu/waktu developer
|
|||
Terlalu terang
|
|
- kesalahan setting mesin dan FFD terllu panjang
- kesalahan screen/film
- kurang mengambang |
Turunkan
kVp, mA, atau waktu
- naikkan FFD
- Periksa screen/film
- perisa suhu/waktu developer
|
|||
Terlihat dua gambar
|
|
Double eksposure
|
Pastikan pengambilan gambar hanya satu kali
|
|||
Warna kelabu/kurang
|
|
-Ruang penyimpanan film kurang bagus
-ekspose film terlalu terang
Film sudah lama
-Kesalahan setting mesin
Prosessing film kurang bagus
|
Periksa kondisi ruang penyimpanan
Ganti film dengan yang baru
Turunkan kVp naikan mAs
Periksa waktu, suhu bahan kimia
|
|||
Bagian atas film tidak terproses
|
|
Volume cairan developer di dalam tangki terlalu sedikit
|
Tambahkan cairan developer ke dalam tangki
|
|||
Gambar kabur
|
|
Pasien bergarak
Tabung bergerak
Kaset bergerak
|
Gunakan restrain kimia pastikan posisi tabung
Pastikan posisi kaset
|
|||
Ada tambahan tanda engsel
|
|
Upsite down cassette
|
Permukaan kaset yang rata di letakan kea rah tabung sinar - x
|
|||
Gambar titik hitam pada kaset yang belum
terekspose sinar – x
|
|
Light fog
|
Cahaya luar yang masuk ke ruangan gelap dan mengenai permukaan film
sinar –x yang sensitive
|
|||
Tanda hitam seperti pohon
|
|
Listrik tidak bergerak
|
Gerakkan film perlahan
|
|||
Film kuning kecoklatan
|
|
Pencucian tidak cukup
|
Sempurnakan pencucian
|
|||
Banyak bayangan-bayangan
|
|
Cairan developer yang belum di aduk
merata
|
Sempurnakan pengadukan cairan developer
sebelum melakukan pencucian
|