Selasa, 24 Juni 2014

Analisis Penolakan Film ( Reject Analysis )



Reject analysis
Teknik Radiofotografi

Analisis Penolakan Film (Reject Analysis)

A.   Definisi reject analysis (analisa penolakan film).
Dalam proses peningkatan mutu radiografi dibutuhkan peranan radiografer dalam meningkatkan efesiensi diagnostik imaging. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu radiografi dan untuk meningkatkannya perlu dicari faktor-faktor penghambatnya secara pasti. Salah satu metode yang akan diuraikan adalah Reject Analysis (Analisa Penolakan Film). Reject analysis yakni analisis dari foto rontgent yang ditolak dan diulang karena tidak memenuhi syarat untuk keperluan diagnosa.
Reject analysis merupakan metode yang digunakan oleh Departemen Radiologi untuk menentukan analisis film yang ditolak, efektivitas biaya, konsistensi staff dan equipment dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas.
Tujuan Reject analysis film dilakukan dengan tujuan untuk memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi dan pemanfaatan film darat terjamin pada unit radiologi, memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten dengan standar yang tinggi, memastikan bahwa bahan - bahan yang ada digunakan secara efektif (cost effective way), menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan  perhatian, dan sebagai perencanaan awal dari reject analysis program.
Sasaran reject analisis mencakup 2 hal pokok :
·         Standardisasi kualitas.
·         Mencari penyebab penolakan dan pengulangan foto.
Dalam proses reject analysis film sangat dibutuhkan kesadaran radiografer dalam mencegah terjadinya reject dan repeat film, dan dalam menekan radiasi terhadap pasien .
B.   Faktor – faktor penyebab reject analysis
Sebelum melakukan reject analysis ( analisa penolakan film ) maka kita harus mengetahui telebih dahulu penyebab reject analysis . Adapun faktor – faktor penyebab reject analysis, sebagai berikut :

·         Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error )
Kesalahan atau kekurang telitian personal atau radiografer dalam mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang dihasilkan tidak memberikan informasi yang jelas untuk menegakkan diagnosa. Gambar yang dihasilkan dapat menjadi under exposure atau over exposure. Under exposure terjadi karena faktor eksposi yang diberikan kurang sehingga gambaran menjadi putih akibat kurangnya kontras dan densitas. Sedangkan over exposure terjadi karena faktor eksposi yang diberikan terlalu banyak sehingga gambaran yang dihasilkan menjadi terlalu gelap akibat kelebihan kontras dan densitas.

·       Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)

         Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil karena ada hambatan pada tegangan. Processing otomatis yang macet atau roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan IS yang kotor, marker yang menutupi organ.


·         Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)

         Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga terjadi karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena tidak mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.
Data-data tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu tertentu misalnya 2 – 6 bulan. Selama itu dapat dianalisis foto yang ditolak dan diulang untuk masing-masing jenis pemeriksaan, untuk masing-masing ruangan dan bahkan untuk satu unit radiologi.
Selain faktor – faktor diatas, penolakan film juga dapat terjadi karena adanya kesalahan – kesalahan pada pengolahan film. Saat pengolahan film dilakukan, adakalanya hasil pengolahan pada film menghasilkan film yang memiliki tambahan densitas (derajat kehitaman). Penambahan densitas yang terjadi tadi tidak merata tetapi hanya pada beberapa bagian tertent saja. Penambahan densitas pada film yang seperti ini dinamakan fog. Jenis – jenis kesalahan tersebut , antara lain :


a.       Age fog
Age fog dihasilkan dari film yang mempunyai usia yang mlebihi waktu kadaluarsa (expired date). Setiap film yang diproduksi oleh pabrik akan memiliki expired date tertentu, biasanya satu than dari wakt produksi. Film yang digunakan setelah melewati expired date akan menyebabkan film bertambah densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin masuk ke dalam tempat penyimpanan film dan suh tempat penyimpanan film. Penambahan densitas ini membuat gambaran pada film tampak seperti kabut hitam saat film dip roses meskipun tanpa di eksposi oleh sinar-x terlebih dahulu.
Untuk mencegah terjadinya age fog sebaiknya digunakan system FIFO (First In First Out) pada penyimpanan film. System FIFO maksudnya film yang lebih dahulu datang diletakkan dibagian paling depan sementara film yang kemudian datang diletakkan dibelakang film yang terlebih dahulu datang.

b.         Light fog
Light fog adalah fog yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari safelight. Safelight memiliki sifat yang aman terhadap emulsi film tetapi bagaimanapun juga cahaya safelight akan mengakibatkan fog jika waktu kontak antara cahaya safelight dengan film tergolong lama. Secara spesifik penyebb light fog adalah sebagai berikut :


*      Kesalahan warna safelight.

*      Filter bocor / cahaya safelight terlalu kuat

*      Film terlalu lama terkena cahaya safelight.


c.       Radiation fog
Radiation fog adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi. Radiasi ini bisa berasal dari sinar-x, bahan – bahan radioaktif dan juga radiasi alam. Radiasi yang berinteraksi dengan film akan menyebabkan densitas film bertambah. Radiasi bisa berinteraksi dengan film dikarenakan kurangnya proteksi radiasi pada tempat penyimpanan film. Tempat penyimpanan film biasanya dekat sekali dengan kamar pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut terdapat pesawat sinar-x.
Untuk mencrgah supaya hal ini tidak terjadi, maka box film dalam keadaan rapat sehingga tidak ada cahaya yang masuk sedikitpun ke dalam box film. Kemudian pastikan pintu dan dinding kamar gelap tempat biasa disimpan film, telah dilapisi dengan Pb 2mm sebagai proteksi radiasi.





d.      Oxygen fog
Oxygen fog adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas. Saat dilakukan inspeksi, film akan dinagkat kelar dari tangki developer. Saat keluar dari developer, permukaan film masih basah oleh cairan developer. Akibatnya developer yang berada di permukaan film akan berinteraksi dengan udara bebas terutama oksigen. Oksigen akan mengoksidasi developer yang menempel pada permukaan film. Akibat oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah densitasnya dan film mengalami fog. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka saat melakukan kegiatan inspeksi sebaiknya tidak terlalu lama, meskipun tidak menggunakan safelight saat melakukan inspeksi,


e.       Chemical fog
Chemical fog adalah fog yang dihasilkan karena factor kimia yang berada di dalam cairan developer saat dilakukan pengolahan film. Secara spesifik chemical fog diakibatkan oleh
 
*      Film terlalu lama di dalam cairan pembangkit.

*      Ph cairan pembangkit tinggi.

*      Kesalahan komposisi cairan pembangkit
.
*      Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain.

f.       Back scatter fog


            Back scatter fog adalah fog yang dihasilkan oleh radiasi hambr. Radiasi hambur yang masih cukup besar masih bisa menyebabkan kehitaman pada film. Pada beberapa pemeriksaan, kaset dibagi menjadi dua. Untuk membagi kedua kaset ini biasanya hanya digunakan lampu kolimator untuk membatasi lapangan penyinaran. Jika pesawat sinar-x yang digunakan masih sangat bagus keluar berkasnya, maka pembagian ini akan tergambar senpurna artinya tidak ada bagian lain yang bertambah kehitamannya akibat radiasi hambur. Namun jika pesawat sinar-x yang diguanakan sudah tidak bagus lagi keluaran berkasnya, maka pasti akan muncul penambahan kehitaman pada gambaran disebelahnya akibat radiasi hambur.
Untuk menghindari hal tersebut terjadi, jika harus menggunakan kV yang tinggi pada pemeriksaan maka gunakanlah grid diatas kaset yang fungsinya menyerap radiasi hambur. Kemudian jika kV yang digunakan kecil, namun pesawat sinar-x keluaran berkasnya sudah tidak bagus lagi maka gunakan pentup yang terbuat dari Pb 2 mm untuk membatasi lapangan penyinaran pada daerah sebelahnya.


g.      Dechroic fog
Dechroic fog adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari developer dengan fixer pada film. Hal ini terjadi karena proses rinsing tidak dilakukan dengan waktu yang cukup. Sebagaimana telah diketahui bahwa cairan developer bersifat basa dan fixer bersifat asam. Untuk menghindari interaksi langsung antara asam dan basa ini, film di bilas dengan air di tangki rinsing. Pembilasan ini bertujuan untuk menghilangkan developer dari permukaan film ketika hendak dimaasukkan ke dalam fixer yang bersifat asam. Interaksi langsung antara developer dan fixer akan mengakibatkan film mengalami fog.
Untuk mencregah supaya hal ini tidak terjadi maka lakukan rinsing dengan waktu yang cukp sehingga benar – benar yakin bahwa cairan developer sudah tidak ada di permukaan film atau setidaknya berkurang banyak. Kemudian ntuk menjaga agar prose rinsing berjalan dengan baik, pastikan air yang berada di dalam tangki tetap bersih.


                        h.      Artefact
Artefact adalah kesalah pengolahan film yang membentk bayangan putih pada film setelah diproses. Artifact biasanya terjadi karena permukaan IS yang tidak bersih. Permukaan IS mungkin tanpa sengaja terdapat tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas. Akibat hal-hal tersebut maka pendaran yang dihasilkan oleh IS akan tertahan sehingga sedikit pendaran cahaya yang ampai ke film. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka pastikan IS selalu dirawat dengan frekuensi yang sudah ditentukan. Namun untuk lebih meyakinkan dalam penggunaan IS, sebaiknya lihat terlebih dahulu permukaan IS untuk memastikan bahwa tidak ada tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas yang menempel pada permukaan IS.

i.        Streaking
Streaking adalah jalur atau coretan yang terdapat pada film. Gambaran streaking bisa berbentuk jalur berwarna hitam atau bisa berbentuk jalur seperti berminyak pada permkaan film yang bisa dilihat saat film dimiringkan. Penyebab streaking adalah sebagai berikut :


*      Selama pembangkitan film non agitasi.

*      Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan developer menetes ke bawah.

*      Adanya residu fixer yang mongering.

j.        Yellow patch
Yellow patch adalah bercak – bercak kuning yang terdapat pada film setelah film dikeringkan dan disimpan beberapa saat. Penyebab yellow patch adalah penggunaan cairan prosesing yang sudah kadaluarsa. Secara spesifik yellow patch disebabkan oleh :


*      Waktu pembangkitan terlalu lama di developer yang sudah lama.

*      Pembilasan yang tidak cukup pada film.

*      Memakai fixer yang sudah lama.

*      Memakai developer yang telah teroksidasi terlalu lama


k.      Reticulation
Reticulation adalah bergelombangnya film pada sisi emulsi. Reticulation terjadi karena suhu yang tinggi baik pada developer, fixer maupun pengeringan. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka suhu developer dan fixer dijaga pada suhu standar yaitu 18°C - 20°C dan suhu pengeringan tidak boleh melebihi 50°C.
 .

l.        Frilling
Frilling adalah proses lepasnya emulsi dari base film. Frilling terjadi jika proses reticulation berlanjut, ini berarti frilling terjadi ketika suhu yang digunakan baik pada developer, fixer dan pengeringan melebihi dari suhu yang menyebabkan film mengalami reticulation. Jika frilling terjadi maka film akan tampak bening karena emulsi sudah lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan reticulation yaitu jaga suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu standar.

m.    Light patch
Light patch adalah jalur terang yang berada pada film. Penyebab terjadinya light patch adalah :


*      Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan terang seperti tulang.
*      Adanya artefact pada IS (Intensifying Screen).

*      Terjadinya percikan fixer sebelm dilakukan pembangkitan.

n.      Film terbakar
Film terbakar adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya tampak. Sebagaimana diketahui bahwa film sangat sensitive terhadap cahaya tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai film maka film akan terbakar. Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor, dimana di dalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar. Selain itu, film terbakar juga bisa diakibatkan kelalaian petugas kamar gelap yang lupa menutup box film saat membuka pintu kamar gelap.
Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada cahaya yang masuk ke dalam kamar gelap dan pastikan juga box film dalam keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.
Dengan banyaknya factor – factor penyebab reject analysis film maka kita harus lebih berhati – hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi penolakan bahkan penglangan foto yang dapat merugikan berbagai pihak.


C.    Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film
Dalam pelaksanaan reject analysis film harus berdasarkan prosedur yang berlaku, yaitu lakukan survey terhadap ;


1.      Jumlah film yang belum terekspose di ruang prosesingtermasuk yang ada dalam kaset.

2.      Jumlah film yang belum terekspose di masing – masing kamar pemeriksaan.

3.      Tentukan jumlah dari film yang di reject untk masing – masing kategori , antara lain :

            a.       Over eksposure

            b.      Under eksposure

            c.       Positioning

            d.      Motion

            e.       Processing

            f.       Equipment

4.      Masing – masing ruang mencatat jumlah film yang dignakan dan jumlah film yang ditolak.

5.      Tim analisi melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi  (jika memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap pemeriksaan)

Adapun batasan radiograf yang diterima apabila :

•      Angka reject tidak melebihi 5 %

•      Idealnya dibawah 2 % , tergantung  tidak hanya program teknologis radiografer yang baik tetapi juga laporan yang ideal diantara radiografer dan radiologist .

•      Jika total reject rate > 5% maka diharapkan harus melakukan teknologis radiografer program yg terbaik.

•      Jika reject rate 2 % – 5 % maka mungkin berada pada 2 keadaan , yaitu:

1. Kualitas radiograf baik, jika tidak memiliki 1 program teknologis radiografer saat ini maka sebaiknya menginisiatifkan 1 program untuk perbaikan.
 .

2. Jika radiologist terbiasa menerima radiograf  yang buruk kualitasnya dalam keadaan ini hars bekerja sama yang baik dengan radiologist untuk set up program teknologis radiografer dan menunjukkan dengan paket teknologis radiografer ada perbaikan .



D.    Tahap – tahap reject analysis film
Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus diberikan kepada instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:

a)    Siapa yang menjalankan program.
b)    Radiografer yang diikutsertakan .
c)    Kategori apa saja yang dilakukan .
d)    Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa .
e)    Periode waktu yang digunakan .
f)     Penafsiran hasil .
g)    Analisa hasil .
h)    Perbandingan hasil .
E.     Interpretasi hasil reject analysis film

                        Dari hasil reject analysis film dapat diperoleh hasilnya sebagai berikut :

*         Penyebab tertinggi dari foto yang ditolak dan diulang, seandainya hasil adalah satu faktor ekstrim, misalnya prosessing fault, maka yang perlu diteliti lebih rinci yakni tentang prosessing sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.

*         Kalau ternyata hasil berjenjang, pengkajian difokuskan pada hasil yang dianggap tinggi sampai tertinggi.

*         Kalau hasilnya masing-masing faktor merata maka perlu dikaji keseluruhan atau memperpanjang waktu penelitian.






Berikut contoh gambar yang di reject atau di tolak
Jenis kesalahan
Hasil Radiografi
Penyebab
Koreksi
Terlalu gelap



- Kesalahan setting mesin
- FFD terlalu pendek
- kesalahan screen/film
- terlalu mengaambang
-Turunkan kVp, mA, atau waktu
- naikkan FFD
- Periksa screen/film
- perisa suhu/waktu developer
Terlalu terang



- kesalahan setting mesin dan FFD terllu panjang
- kesalahan screen/film
- kurang mengambang
Turunkan kVp, mA, atau waktu
- naikkan FFD
- Periksa screen/film
- perisa suhu/waktu developer
Terlihat dua gambar



Double eksposure
Pastikan pengambilan gambar hanya satu kali
Warna kelabu/kurang




-Ruang penyimpanan film kurang bagus
-ekspose film terlalu terang
Film sudah lama
-Kesalahan setting mesin
Prosessing film kurang bagus
Periksa kondisi ruang penyimpanan
Ganti film dengan yang baru
Turunkan kVp naikan mAs
Periksa waktu, suhu bahan kimia
Bagian atas film tidak terproses



Volume cairan developer di dalam tangki terlalu sedikit
Tambahkan cairan developer ke dalam tangki
Gambar kabur



Pasien bergarak
Tabung bergerak
Kaset bergerak
Gunakan restrain kimia pastikan posisi tabung
Pastikan posisi kaset
Ada tambahan tanda engsel
Upsite down cassette
Permukaan kaset yang rata di letakan kea rah tabung sinar - x
Gambar titik hitam pada kaset yang belum terekspose sinar – x



Light fog
Cahaya luar yang masuk ke ruangan gelap dan mengenai permukaan film sinar –x yang sensitive
Tanda hitam seperti pohon
Listrik tidak bergerak
Gerakkan film perlahan
Film kuning kecoklatan
Pencucian tidak cukup
Sempurnakan pencucian
Banyak bayangan-bayangan



Cairan developer yang belum di aduk merata
Sempurnakan pengadukan cairan developer sebelum melakukan pencucian
   

1 komentar: